Kesaksian hari ini



Kesaksian hari ini


      Berikut adalah kasus, kejadian dan data pengamatan yang masih bikin puyeng “The Big Bang Theory” atau misteri buat “The Big Bang Theory”, tapi malah menjadi  data yang sangat diperlukan sebagai pendukung & bukti kuat bahwa struktur semesta yang sejati adalah memang “Model awan & hujan”.
    
1.    “Faster than speed of light”. Sebetulnya, kenyataan banyaknya penemuan objek kosmos dengan redshift, z > 1, sudah sangat lebih dari cukup untuk kasus ini. Tapi karena pencinta/pengagum “The Big Theory” masih ber-alibi bahwa pada kasus ini, “space” lah yang mengembang dan yang membawa serta objek kosmos (satu teori yang sebetulnya juga enggak begitu sulit untuk dibantah dengan analisa akal sehat! Lihat bahasan mengenai kasus ini di bab “Pendahuluan”), maka inilah contoh yang tak bisa terbantahkan lagi: “Mystery object in Starburst Galaxy M82 possible micro-quasar”, (http://www.jb.man.ac.uk/news/2010/M82mystery/) dan “Messier 82”, (http://en.wikipedia.org/wiki/Messier_82).  
Ketika kita tanyakan kepada pencinta “The Big Bang Theory” mengenai kasus M82 ini, dengan enteng mereka jawab: “Alam semesta memang masih menyimpan banyak misteri!” Enak banget ya jawabannya!
 
2.    “Huge LQC”.
Saya tak perlu membahas lebih jauh mengenai kasus ini. Baca dan pelajari saja artikel artikel berikut tentang Huge LQC ini. Adalah satu kemunafikan, kalau kejadian yang satu ini bukan misteri bagi “The Big Bang Theory”. Sebaliknya, kejadian yang diceritakan beberapa artikel ini, adalah data pengamatan yang sangat significant dan sangat diperlukan sebagai pendukung kuat “Model awan & hujan”! Berikut beberapa artikel yang menulis tentang objek yang satu ini:
“Largest Quasar Group LQG discovered”, (http://truthdive.com/2013/01/13/largest-quasar-group-lqg-discovered.html), “Thunderbolts Project – Huge Quasar Cluster refutes Big Bang Theory”, (http://beforeitsnews.com/alternative/2013/02/thunderbolts-project-huge-quasar-cluster-refutes-big-bang-theory-2572364.html), “Big Bang Theory Wrong Again - Lagest known quasar group or "object" confirms Halton Arps predictions”, (http://www.youtube.com/watch?v=54WY3KHAwMw), “The Large Quasar Group, the Largest Structure in the Universe”, (http://scitechdaily.com/the-large-quasar-group-the-largest-structure-in-the-universe/), “Large quasar group is largest structure in the universe: scientists”, (http://www.globalpost.com/dispatch/news/science/130111/large-quasar-group-largest-structure-the-universe-scientists).

3.    “Facts about Dark matter”.
Berikut adalah kutipan dari: “Dark matter”, (http://en.wikipedia.org/wiki/Dark_matter).
Dark matter is a type of matter hypothesized in astronomy and cosmology to account for effects that appear to be the result of mass where no such mass can be seen. Dark matter cannot be seen directly with telescopes; evidently it neither emits nor absorbs light or other electromagnetic radiation at any significant level. It is otherwise hypothesized to simply be matter that is not reactant to light. Instead, the existence and properties of dark matter are inferred from its gravitational effects on visible matter, radiation, and the large-scale structure of the universe” dan kutipan lanjutan, “Thus, dark matter is estimated to constitute 84.5% of the total matter in the universe, while dark energy plus dark matter constitute 95.1% of the total content of the universe”.

Dari kutipan diatas, dark matter jelas sesuai dengan harapan “Model awan & hujan” adalah sebagai partikel materi termampatkan dengan space = 0 % di didalamnya. Pengamatan ini juga sesuai dengan “Model awan & hujan” yang meng-ekpektasi partikel dark matter mengisi seantero kosmos dengan konsentrasi & mobiltas yang sangat tinggi.  
Sebaliknya “The Big Bang theory” tak punya usulan dari mana dark matter itu berasal dan mengapa partikel dark matter itu konsisten ada (tidak habis habis juga), dengan konsentrasi sangat tinggi di “kosmos yang mengembang” dan untuk jangka waktu ultra lama (se usia semesta versi “The Big Bang theory”). Yah, bagi “The Big Bang theory”, “fact about dark matter” memang masih misteri.

4.    “Galaxy growth”. Ini satu contoh kasus. Pada artikel "Black Holes Create their Host Galaxies" --An Odd Quasar Provides the Clues”, (http://www.dailygalaxy.com/my_weblog/2013/01/black-holes-create-their-host-galaxies-a-strange-quasar-provides-clues.html), lihat pendapat “The Big Bang theory” mengenai pengamatan ini. Mereka terperangkap lagi kedalam misteri yang mereka buat sendiri. Sebagaimana kutipan dari artikel tersebut;
“The answer may have been found to the question of whether a galaxy or its black hole comes first -one of the most debated subjects in astrophysics today. A recent study suggests that supermassive black holes can trigger the formation of stars, thus 'building' their own host galaxies”. 
Sebagaimana ditulis juga di artikel tersebut, objek tersebut adalah HE0450-2958. Dan keberadaannya di konstelasi Caelum (http://en.wikipedia.org/wiki/HE0450-2958), berlawanan dengan koordinat Ursa Major & Leo pada Galactic chart, adalah harmonis dengan ekspektasi “Pola bangunan kosmos – Model awan & hujan”, dimana kita akan mendapatkan data pengamatan terbalik pada ruang tersebut. Kejadian yang sesungguhnya, galaksi tersebut mengalami kondensasi atau proses matinya bintang bintang yang menjadi black hole secara intensif.
Dari data pengamatan perkembangan galaksi di galaksi kita dan tetangga tetangga galaksi kita, jelas terekam bahwa Galaksi tumbuh dan berkembang dengan cara: “pertambahan, pertumbuhan & perkembangan bintang di dalam galaksi, pertambahan dan perkembangan black hole, dan penggabungan galaksi galaksi yang berdekatan.” Lihat bahasan dan artikel pendukung mengenai hal ini di halaman “Model awan & hujan” pada blog ini.

5.    “Expanding Universe”. Lihat artikelAccelerating universe”, (http://en.wikipedia.org/wiki/Accelerating_universe).

Kebingungan atas data pengamatan kosmos bahwa telah terjadi “akselerasi expanding”, para penganut hipotesa “Universe Expanding” menambah hipotesa lain, yaitu “dark energy”; Lihat Dark energy”, (http://en.wikipedia.org/wiki/Dark_energy).

Waw! Padahal, mengenai kasus yang telah mereka interpretasikan sebagai “expansion of the universe”, dapat dijawab dengan sangat mudah dan lugas pada Struktur semesta “Model awan & hujan”. Bahkan, “penyebab” yang dianggap “dark energy” itu tidak gelap bagi “Model awan & hujan”. Lihat bahasannya pada halaman “Keharmonisan” di blog ini.

Ya, kalau interpretasi terhadap “pola makronya” sudah tepat dan benar, bahkan hanya dengan bermodalkan hukum Newton saja, kita bisa mendapatkan jawaban yang sejelas jelasnya terhadap kasus pengamatan lanjutan, misalnya dalam topik ini, kasus “pengamatan” percepatan penyebaran objek semesta.

Selain dengan hipotesa “dark energy”, “The Big Bang theory” coba dengan konsistennya menyelaraskan diri dengan “Teori Relativitas Einstein”.

Ya. Gunakan logika sehat dan pikiran cerdas sajalah kawan. Sebaiknya kita lihat “pola makronya” dulu, sebelum coba coba menambah hipotesa satu lagi ditambah menerapkan hitungan matematika atau teori untuk menterjemahkan pengamatan yang berhubungan dengan pola itu. Sesungguhnyalah, inilah penyebab utama terjadinya kerumitan pada kasus ini! Sebuah teori, yang secara tak langsung mereka akui penuh misteri, tapi mereka agungkan sebagai yang paling benar! Benar benar narcissistic.

Hukum fisika mana sih yang mau maunya “mengiyakan” kejadian satu ledakan yang kemudian melemparkan objek ledakan yang terus menerus melesat menjauhi pusat ledakan dengan laju percepatan terus menerus; peristiwa sebagaimana diceritakan oleh dongeng “The Big Bang theory” itu.

Pemaksaan aplikasi “Teori Relativitas Einstein” pada interpretasi struktur alam semesta yang berkelanjutan tanpa jeda adalah salah satu sebab utama mengapa teori yang paling tidak masuk akal (“The Big Bang theory”) itu masih bisa “terselamatkan” hingga hari ini.

Satu hal penting yang kita tidak boleh lupa:
“Teori Relativitas Einstein” itu adalah persamaan matematika.
“Teori Relativitas Einstein” itu bukanlah hukum fisika.
Hukum hukum fisika, ditandai dengan sifatnya sangat sederhana, sehingga anak SMP, bahkan anak SD sekalipun dapat memahaminya.
Sebaliknya, persamaan matematika mempunyai wilayah yang sangat luas; dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit dan kompleks. Persamaan matematika pada “Teori relativitas Einstein” adalah produk olahan dari gabungan hukum hukum fisika yang terlibat pada satu kasus/kejadian yang akan diinterpretasikan.

Aplikasi “General relativity Einstein” pada “GPS” di planet kita saat ini adalah contoh aplikasi yang tepat guna dan cemerlang, karena kejadian makronya kita pahami dengan benar dan parameter parameter yang digunakan dalam kasus ini, dikuasai dengan akurat oleh kawan kawan kita yang mengaplikasikan persamaan matematika (General relativity Einstein) itu.

Nah, dalam kasus struktur alam semesta bagaimana?
Mungkin harus sekali lagi saya tulis. “Pahami dulu kejadian makronya, sebelum kita mengaplikasikan satu persamaan matematika tertentu pada kasus yang akan kita interpretasikan”.

Aplikasi “Teori Relativitas Einstein” pada interpretasi struktur alam semesta dimulai oleh Einstein sendiri. Harus kita akui bahwa ini adalah insiatif yang sangat bagus dan brilliant. Kita harus berterima kasih banyak atas inisiasi tersebut. Apalagi memang terbukti kemudian, “General Relativity Einstein” telah memecahkan banyak persoalan di kosmos dan di tata surya kita. Tapi bukan berarti kita sama sekali tidak punya hak untuk mengoreksi atau menilai, kapan, dimana dan bagaimana persamaan teori tersebut bisa di aplikasikan.

Pada tahun 1917, Einstein mengusulkan “Einstein's universe” yang merupakan pengembangan “Static universe” yang pernah diusulkan oleh Giordano Bruno. Einstein memperkenalkan “Teori Relativitas” yang menurut beliau, dapat diaplikasikan sebagai persamaan struktur kosmos. Dengan interpretasi dan pemahaman alam semesta sebagaimana struktur yang diusulkan oleh Giordano Bruno tersebut, beliau menambahkan “positive cosmological constant” kedalam teorinya tersebut, untuk melawan gaya grafitasi objek objek di kosmos, sehingga tidak terjadi ”collapse” atau ekspansi semesta. Lihat: “Static universe”, (http://en.wikipedia.org/wiki/Static_universe), dan “Cosmological constant”, (http://en.wikipedia.org/wiki/Cosmological_constant).

Setelah penemuan Hubble di tahun 1929, bahwa objek semesta menjauh satu sama lain (berdasarkan data pengamatan redshift), yang ketika itu langsung diinterpretasikan bahwa semesta mengembang, Einstein menyerah dan menyetujui usul Alexander Alexandrovich Friedmann (yang mengusulkannya sejak tahun 1922) dan usul Georges LemaĆ®tre yang mencetuskan ide tentang “Big Bang theory” pada tahun 1927. Einstein membuang positive cosmological constant” dari “Teori relativitas”, dan mendeklarasikan bahwa konstanta kosmos itu sebagai "greatest blunder" darinya.
Tapi, sejak penemuan penemuan (pengamatan/pengamatan) yang diawali sejak tahun 1990an, bahwa ternyata objek kosmos, tidak hanya saling menjauh, tapi terjadi akselerasi saling menjauh, dan yang diinterpretasikan sebagai akselerasi semesta mengembang, maka pengikut setia “Teori relativitas Einstein”, memasukkan kembali “cosmological constant” (yang diselaraskan dengan “dark energy”) ke dalam “Teori relativitas Einstein”.

Parahnya lagi, saking setianya dengan “The Big Bang theory”, “string theory” bahkan mengembangkan “The Big Bang Universe” menuju “Ciclic Universe”. Ini adalah situasi dimana “kesalahan besar” disusul dengan “kesalahan besar” lanjutan.
Masih dari “Cosmological constant”, (http://en.wikipedia.org/wiki/Cosmological_constant), berikut kutipannya.
“More recent work has suggested the problem may be indirect evidence of a cyclic universe possibly as allowed by string theory. With every cycle of the universe (Big Bang then eventually a Big Crunch) taking about a trillion (1012) years, "the amount of matter and radiation in the universe is reset, but the cosmological constant is not. Instead, the cosmological constant gradually diminishes over many cycles to the small value observed today." Critics respond that, as the authors acknowledge in their paper, the model "entails ... the same degree of tuning required in any cosmological model".

Saya memang harus akui bahwa saya sangat jauh dari jenius seperti Albert Einstein. Tapi saya hanya memprediksi saja, seandainya kala itu bapak Einstein “ngeh” bahwa :
-         Ada materi yang bukan materi biasa, yaitu materi termampatkan seperti “dark matter” dan “black hole” ternyata kemudian dapat bergerak atau saling menjauh melebihi kecepatan cahaya,
-         juga beliau tak terbius oleh usulan Giordano Bruno,
-         dan juga sempat terfikirkan olehnya bahwa hukum alam tertinggi di semesta ini adalah “Hukum pola sama”, sehingga terbersit di benak Einstein, bahwa sabagaimana struktur atom, sistim planet dan bulan, sistim tata surya, dan galaksi galaksi yang kesemuanya tunduk pada “Hukum pola sama”, dan sebagai konsekwensinya semesta harus memilki inti pada strukturnya,
maka saya berani berharap; kala itu beliau dapat merumuskan persamaan matematika yang lebih “applicable” untuk struktur alam semesta, sehingga pengikut setia dan pemuja beliau tidak terjebak pada situasi rumit & narcissistic seperti era kini.

Ya.  Mereka mereka belum “ngeh” juga bahwa sebenarnya fakta pengamatan kosmos mutakhir, secara perlahan, sudah mulai menyobek nyobek tirai kekeliruan ini! Sayangnya dan parahnya, ada sebagian dari mereka yang sebetulnya mulai “ngeh”, terdapat banyak kejanggalan dengan “The Big Bang theory”, tapi malah berusaha menutupi dengan alibi “fiksi”, atau pura pura enggak pernah baca tentang kejanggalan “The Big Bang theory” berdasarkan data lanjutan pengamatan kosmos yang terus berkelanjutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar