"Pola bangunan kosmos"
Ya, awalnya dan sesungguhnya pola bangunan kosmos “Model awan dan hujan”
ini saya dapat, untuk menjawab sanggahan “Fleetfoot”
di website Phys.Org, dengan
naskah “Quasars: Mileposts marking the universe's expansion”, http://phys.org/news/2012-09-quasars-mileposts-universe-expansion.html, dari tanggal
18 September sampai dengan 18 Oktober 2012.
Jawaban
saya pada Fleetfoot di forum tersebut kala itu, masih kurang sempurna, banyak
yang salah dan karenanya banyak memerlukan perbaikan. Pada saat itu saya sedang
bekerja pada bidang yang tidak ada hubungan sama sekali dengan dunia ilmu pengetahuan,
selain saya juga tidak punya background yang kuat mengenai kosmologi. Ketika
itu, saya hanya melempar ide “Cloud & rain model” saja, sambil mencari
teman teman dan mangajak kawan kawan agar mau berpikir lebih logis dan moderat
mengenai struktur alam semesta. Ya, pola bangunan kosmos sebagaimana kontent
“bab” ini, merupakan perbaikan/penyempurnaan jawaban yang saya tulis pada forum
tersebut diatas.
Well, Fleetfoot
menegaskan kepada saya, bahwa hampir semua objek kosmos mengindikasikan
redshift. Oke! That is a good start! A very good start! Hanya saja saya tidak
akan dengan mudah terpancing, layaknya rekan rekan scientists dulu dulu itu
(sayangnya, sekarang masih ada banyak banget), yang dengan sangat tergesa gesa
meng “judge” bahwa “The Universe is expanding”. Ya, saya tidak terpancing,
karena saya sudah punya genggaman yang kuat (dan sangat kuat). Dan ya, untuk
kawan dan rekan dulu dulu itu, memang bisa termaafkan. Karena saat itu, belum
ditemukan objek kosmos apapun yang mempunyai redshift z > 1. Pada era
sekirar 85 tahun yang lalu itu, ketika hampir semua objek di seantero semesta
mengindikasikan redshift dengan kesemua redshift itu pada range z < 1,
kesimpulan dini bahwa semesta mengembang akan sangat sulit dibantah. Tapi
sekarang? Ya, untuk era sekarang, adalah sangat kurang cerdas bagi cendekiawan
yang masih memegang erat “The Big Bang
theory”.
Fleetfoot
menulis pada diskusi kami di artikel tersebut diatas, pada “Model awan &
hujan” harus terdapat banyak sekali objek semesta yang mengindikasikan
blueshift, karena kalau posisi galaksi kita sedang melaju meninggalkan ”inti
semesta”, maka galaksi galaksi mati yang terjun bebas kembali mengarah ke “inti
semesta” akan melaju setidaknya mendekati galaksi kita, dan pastinya akan
mengindikasikan blueshift. Beliau mengatakan, pada kenyataannya, kosmos
didominasi oleh objek (galaksi/quasar) dengan indikasi redshift di seantero
alam semesta.
Untuk
pernyataan “imaginary blueshift” tersebut, berikut jawabannya:
1. Kebanyakan
galaksi yang menyebar di kosmos menjauhi “inti semesta”, akan menjauhi galaksi
kita dengan laju yang relatif rendah dan mempunyai redshift z < 2. Meskipun
ada juga objek dengan kondisi tersebut, yang memiliki redshift z > 2. Sebaliknya,
galaksi terkondensasi yang terjun bebas, kembali mengarah ke “inti semesta”,
pada umumnya akan melesat dengan laju yang relatif tinggi sampai dengan sangat
tinggi, dengan redshift z > 2.
2. Sebagaimana
sudah saya sampaikan pada bab “Pendahuluan”, berikut kutipannya: “Pada objek yang berpindah posisi dengan
laju lumayan melebihi kecepatan cahaya (setidaknya “kira kira” lebih besar dari
1 hingga 2 kali kecepatan cahaya, tergantung sudut vector pergerakan kedua
objek; pengamat & objek), tidak perduli objek tersebut mendekat atau
menjauhi pengamat, pengamat tidak akan pernah mengamati blueshift. Dengan kata
lain, pada objek yang berpindah posisi dengan laju lumayan melebihi kecepatan
cahaya, tidak perduli objek tersebut mendekat atau menjauhi pengamat, pengamat
akan selalu mengamati objek tersebut mengekspresikan redshift. Hal itu karena:
untuk objek yang berpindah posisi dengan laju lumayan melebihi kecepatan
cahaya, baik terhadap objek yang menjauhi pengamat, maupun terhadap objek yang
mendekati pengamat, cahaya yang berasal dari objek tersebut ketika dia berada
pada titik yang lebih dekat dengan pengamat, selalu tiba lebih awal ke
pengamat.”
Terhadap
jawaban saya sebagaimana tersebut diatas, Fleetfoot menyatakan, pada kejadian
objek melesat dengan arah mendekati pengamat dan dengan laju diatas kecepatan
cahaya, akan terjadi eksplosive; layaknya ”sonic boom” pada pesawat supersonic,
yang diikuti blueshift singkat sesaat sebelum point X (point terdekat kepada
pengamat/galaksi kita).
Ada perberbedaan yang sangat penting pada ke 2 kejadian tersebut,
pesawat supersonic dan galaksi/quasar terkondensasi yang sedang terjun bebas
menuju “inti semesta”, yaitu media
travel. Pesawat supersonic melesat diatas kecepatan suara pada media udara.
Udara adalah media yang berinteraksi dengan (menghantarkan) gelombang suara. Karena
pesawat supersonic melaju lebih cepat dari gelombang suara yang dia pancarkan, pesawat akan
memancarkan gelombang depan (wavefront). Tekanan gelombang depan yang sangat
besar akan tiba pada pengamat sebelum gelombang suara asli yang dia pancarkan.
Kejadian itu menghasilkan ledakan ultrasonic pada point sebelum X, tergantung
pada kecepatan pesawat supersonic.
Di kosmos, galaksi/quasar terkondensasi melesat dengan laju diatas
kecepatan cahaya pada media dark matter. Dark matter tidak berinteraksi dengan
(menghantarkan) gelombang cahaya. Karena itu kejadian tersebut tak akan
mempengaruhi pengamatan “shift” (redshift/blueshift). Tentu saja dinamika dark
matter pada lokasi tersebut akan terpengaruh. Tetapi yang akan kita amati,
sangat mungkin adalah peningkatan intensitas CMBR sebagai ganti ledakan
supersonic.
Bangunan kosmos
“Model awan & hujan”
“Model awan & hujan”
Bangunan ini menjawab tulisan Fleetfoot
pada Oct 18, 2012 di artikel diatas. Berikut kutipan tulisan Fleetfoot.
“Yes, and the fact is that quasars show the same range
of redshift over the whole sky, it is not restricted to two opposite zones as
your "theory" would produce. Adios friend, good luck correcting your
model”.
Untuk situasi objek dengan indikasi redshift berada di seantero kosmos, ya
tentu saja penjelasannya tidak akan terbatas pada 2 “opposite zones” saja. Maka
inilah bangunan kosmos “Model awan & hujan”.
1. Kita di
galaksi Bima sakti akan mengamati sebagian besar objek semesta (galaksi/quasar)
mengindikasikan redshift, dengan gambaran sebagai berikut:
2. Ada ruang tertentu di kosmos (point
N), dimana akan terdapat banyak objek kosmos (galaksi/quasar) dengan redshift
tertingi. (Diharapkan sekitar 33.3 s/d 50 % objek redshift tertinggi teramati
pada ruang atau menuju ruang ini). Ruang (point N) ini terdeteksi dibelakang
konstelasi Ursa Major & Leo. Kalau kita beruntung (hidup di era yang pas),
kita mungkin bisa mengamati galaksi/quasar tersebut lenyap (karena tertelan
oleh “inti semesta).
Ya,
point 2 ini setidaknya telah memperbaiki model awal, ketika saya mulai
mengusulkan “Model awan & hujan” dulu itu. Dulu, sebelum dan saat saat awal
ketika diskusi ilmiah dengan Fleetfoot (September & Oktober 2012), saya
menduga, semua objek dengan redshift tertinggi hanya ada pada ruang mendekati
“inti semesta”.
3. Diharapkan sekitar 50 s/d 66.7 % objek
redshift tertinggi teramati pada seantero kosmos selain ruang sekitar point N
(“inti semesta”). Ruang selain “inti semesta” (sekitar Ursa Major& Leo),
akan terisikan objek dengan redshift tertinggi paling sedikit sama s/d sekitar
dua kali lipat dari jumlah objek dengan redshift tertinggi pada ruang di “inti
semesta” (sekitar Ursa Major& Leo), disebabkan oleh: a. menjelang ruang “inti
semesta” objek tersebut sudah mencapai redshift tertinggi & b. dapat
terjadi pengamatan ganda pada galaksi terkondensasi atau menjelang
terkondensasi, dengan pengamatan galaksi tersebut ketika sedang melaju terjun
bebas menuju “inti semesta”, dikarenakan oleh objek tersebut melesat jauh
diatas kecepatan cahaya. Objek semesta dengan redshift tertinggi di ruang
selain inti semesta ini, juga akan lenyap dari pengamatan. Peristiwa
sesungguhnya objek tersebut telah berbalik arah menuju inti semesta.
Menariknya, kita (atau teman teman kita pada era yang pas) akan menyaksikan 2
objek semesta dengan redshift tinggi atau tertinggi saling mendekat, kemudian
bergabung menjadi satu, lalu lenyap sama sekali dari pengamatan.
4. Kita di galaksi Bima Sakti akan dapat
mengamati kejadian unik. Lihat gambar dibawah ini:
Kejadian
unik ini terjadi tersebar di permukaan bola dengan diameter bola MW-N. Satu
objek (galaksi/quasar) akan muncul ke pengamatan kita dari kekosongan (pada awalnya
tidak ada apapun juga), kemudian galaksi yang terbentuk akan terpisah dua yang
masing masing akan melesat saling menjauh. Satu objek akan melesat menuju N
(“inti semesta”), dan yang satu lagi akan bergerak berlawanan arah dari N.
Penjelasan
Lihat gambar dibawah.
Misalnya satu galaksi/ quasar yang terkondensasi melesat dengan laju constant,
3 kali kecepatan cahaya, start dari point Q kearah point N. Anggap posisi MW
stasionary ditempat. Contoh ini hanyalah simulasi dan penyederhanaan dari
ekspektasi kita tentang kejadian di kosmos, dimana galaksi kita melesat
menjauhi “inti semesta”, sedangkan galaksi/ quasar yang terkondensasi melesat
dengan laju sangat cepat, diatas kecepatan cahaya, menuju “inti semesta” karena
gaya tarik grafitasi.
Ketika objek tersebut tiba di point X,
cahaya yang berasal darinya ketika objek tersebut berada di point Q, baru
sampai di point Q1. Adalah sangat mudah untuk dipahami bahwa cahaya yang
berasal darinya ketika objek tersebut berada di point X lebih dulu tiba di MW
dari cahaya yang berasal darinya ketika berada di point Q, karena jarak X-MW
lebih dekat dari jarak Q1-MW. Keadaan inilah yang menyebabkan kita sempat menduga, objek tersebut bergerak dari point X
ke point Q.
Cahaya dari objek tersebut baru tiba di
MW, ketika objek tersebut tiba di X1. Saat itu, kita akan melihat kemunculan
satu objek dari tidak ada sama sekali. Perlahan objek tersebut akan terbelah 2.
Satu objek akan bergerak dari X menuju N, sedangkan objek yang satu lagi agak
bergerak dari X menuju Q. Kita akan mengamati kedua objek tersebut
mengindikasikan redshift.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar